Kamis, 14 April 2011

Apresiasi Budaya

BANGUNAN LOKAL MODERNISASI

HOTEL NIKKO JAKARTA DAN WISMA NUSANTARA

PERTAUTAN DUA GENERASI

Lokasi : Jl.M.H.Thamrin No.59, Jakarta Pusat

Di sisi utara kawasan bunderan Hotel Indonesia, Wisma Nusantara, sebuah office buillding yang dibangun tahun 60-an, berdampingan manis dengan hotel era millenium ke-3, Hotel Nikko.

Pembangunan wisma Nusantara dimulai tahun 1963. Bangunan high rise pertama di Indonesia ini merupakan pesanan langsung Presiden Pertama Indonesia, Soekarno, dan dibiayai atas hasil ganti rugi perang dari pemerintah Jepang. Di sebidang tanah seluas 20.592 m2, didirikan gedung perkantoran dengan ketinggian mencapai 110 m, dengan total 30 lantai , plus 11 lantai di sampingnya sebagai hotel. Pembangunan sempat terhenti ketika pada tahun 1965 meletus peristiwa G-30-S. Baru pada tahun 1970, pembangunan gedung dilanjutkan. Tercatat pada tanggal 2 Desember 1972, Wisma Nusantara resmi dibuka pengoperasiaannya, yang kemudian dikenal dengan nama Wisma Nusantara dan Hotel President.


Analogi Burung Garuda

Sebelumnya, desain gedung ini hanaya kotak biasa. Perubahan terjadi ketika suatu hari Presiden Soekarno melakukan inspeksi. Saat itu, sebagai negara yang baru Merdeka, Indonesia sedang giat-giatnya membuat proyek-proyek raksasa berskala besar. Di antaranya, Gelora Bung Karno, Tugu Monas, Masjid Istiqlal, dan wisma Nusantara sebagai High Rise Building. Hampuir ksemuanya mengandung filosofi dan melambangkan identitas kebangsaan dan kebanggaan Negara Indonesia.

Bentuk kotak wisma Nusantara yang semula, oleh Presiden Soekarno mulai lantai ke 23 ke atas, dipotong. Bentuk ini melambangkan sosok Burung Garuda, yang merupakan simbol negara.

Selain itu memakai sistem pondasi yang abru, lapisan terluar Wisma Nusantara dibingkai dengan bahan yang terhitung belum begitu populer di saat itu, yaitu sejenis alumunium panel yang juga berfungsi sebagai curtain wall. Bahan ini lalu dicat dengan menggunakan teknologi coating. Teknologi ini cukup ampuh untuk membuat dinding Wisma Nusantara asli tetap bersih meski usia dindingnya telah 30 tahun.

Pembaharuan

Pada tahun 2002, kapasitas hotel ditambah dengan membangun sebuah menara yang kemudian disebut New Tower. Selain menambah, perwajahan hotel President juga mengalami sedikit peremajaan. Terletak di sisi utara hotel lama, penambahan dan renovasi ini sekaligus menandai perubahan nama dan kepemilikan hotel, dari Hotel President, menjadi hotel Nikko.





Konsep Lobby

Bangunan ini cukup menarik, dimana didesain agar segala aktifitas yang berada di dalamnya dapat terlihat dari luar. Ini bisa terjadi akibat seluruh fasade lobby dibungkus media transparan berupa kaca. Dampak penggunaan material ini, tidak hanya bagian dalamnya yang dapat terlihat, namun dengan begitu terjadi interaksi antara yang melihat dan yang dilihat, untuk selanjutnya ini sebagai magnet bagi calon penghuni hotel. Lobby ini sekaligus menyelesaikan problem desain yang mengharuskan terjadinya konektivitas di antara ketiga fungsi utama di dalam site.

Selain Lobby, New Tower yang berada di sisi utara hotel, didesain dengan tugu selamt datang sebagai axisnya. Sisi depan hotel dibentuk bersiku-siku, sehingga memungkinkan kamar-kamar di dalamnya membpunyai view ke arah bundaran HI, dengan menggunakan jendela pojok, meski relatif jauh, namun kawasan ytang menjadi maskot jakarta ini dapat terlihat langsung dari kamar.



BANDAR UDARA INTERNASIONAL SULTAN MAHMUD BADARUDDIN II

Lokasi : Palembang, Sumatera Selatan

Panjang : 9678 ft (2.950 m)

Foto Udara bandar Udara SMB II di waktu malam


Bangunan utama bandara terlihat dari area parkir

Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II (kode IATA: PLM) adalah bandar udara internasional yang melayani kota Palembang, Sumatra Selatan dan sekitarnya. Bandara initerletak di wilayah KM.10 Kecamatan Sukarame. Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dioperasikan oleh PT Angkasa Pura 2. Nama bandara ini diambil dari nama Sultan Mahmud Badaruddin II (1767-1862), seorang pahlawan daerah yang pernah memimpin Kesultanan Palembang Darussalam (1803-1819).

SEJARAH SINGKAT

Bandara ini pada awalnya dibangun oleh tentara Jepang pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942-1943. Pada 15 Juli 1963, bandara ini menjadi lapangan udara bersama, baik untuk kegunaan sipil maupun militer. Kemudian pada 21 Agustus 1975 status bandara ini menjadi Pelabuhan Udara (Pelud) Sipil Talang Betutu. Pada 3 April 1985, bandara ini berganti nama menjadi Pelud Sultan Mahmud Badaruddin II. Tak lama kemudian istilah Pelud Sultan Mahmud Badaruddin II diubah menjadi Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II pada tanggal 1 September 1985.

Terhitung 1 April 1991, bandara ini resmi dikelola oleh Manajemen Perum Angkasa Pura II. Pada 2 Januari 1992 Manajemen Perum Angkasa Pura II berganti status menjadi PT (Persero) Angkasa Pura II.

Pada saat Provinsi Sumatera Selatan resmi terpilih sebagai tuan rumah PON XVI tahun 2004, pemerintah berupaya untuk memperbesar kapasitas bandara sekaligus merubah status bandara ini menjadi bandara internasional. Gedung terminal baru Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II akhirnya berhasil rampung dan diresmikan pada 27 September 2005.

Peristiwa Woyla

Pada tanggal 28 Maret 1981, lima orang teroris yang dipimpin Imran bin Muhammad Zein, dan mengidentifikasi diri sebagai anggota kelompok ekstremis Islam "Komando Jihad", membajak pesawat Penerbangan 206 Garuda Indonesia setelah lepas landas dari Pelabuhan Udara Sipil Talangbetutu ke Bandara Polonia, Medan. Pembajakan yang terjadi di Pelud Talang Betutu ini dikenal dengan sebutan Peristiwa Woyla. Penerbangan dengan pesawat DC-9 Woyla tersebut berangkat dari Jakarta pada pukul 08.00 pagi, transit di Palembang, dan akan terbang ke Medan dengan perkiraan sampai pada pukul 10.55. Dalam penerbangan, pesawat tersebut tiba-tiba dibajak oleh lima orang teroris Komando Jihad yang menyamar sebagai penumpang. Setelah mendarat sementara untuk mengisi bahan bakar di Bandara Penang, Malaysia, akhirnya pesawat tersebut terbang dan mengalami drama puncaknya di Bandara Don Mueang di Bangkok, Muang Thai tanggal 31 Maret.

Peristiwa pembajakan pesawat Garuda DC-9 Woyla yang berangkat dari Pelabuhan Udara Sipil Talangbetutu ini menjadi peristiwa terorisme bermotif "jihad" pertama yang menimpa Indonesia dan satu-satunya dalam sejarah maskapai penerbangan Indonesia.

PENGEMBANGAN


Suasana Lobby check-in

Bandara ini telah resmi menjadi bandara bertaraf internasional dan bisa didarati oleh pesawat yang berbadan besar pada 27 September 2005. Pengembangan bandara tersebut mulai dilakukan pada 18 September 2003 dengan total biaya Rp366,7 miliar yang berasal dari Japan International Bank Corporation Rp251,9 miliar dan dana pendamping dari APBN sebesar Rp114,8 miliar.

Antara perkembangan yang dilaksanakan adalah perpanjangan landas pacu sepanjang 300 meter x 60 meter menjadi 3.000 meter x 60 meter, pembangunan tempat parkir kendaraan seluas 20.000 meter yang dapat menampung 1.000 kendaraan serta pembangunan gedung terminal penumpang tiga lantai seluas 13.000 meter persegi yang dapat menampung 1250 penumpang, dilengkapi garbata dan terminal kargo dan bangunan penunjang lainnya seluas 1.900 meter persegi.

Hasil pengembangan ini membuat Bandara Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II dapat didarati pesawat Airbus A330 dan sejenisnya serta Boeing 747 . Selain itu, arus penumpang diproyeksikan akan naik dari 7.720 penumpang menjadi 16.560 penumpang. Setelah itu akan ada pembangunan jalan tol Indralaya-Palembang-Bandara Sultan Mahmud Badarudin II untuk mempermudah akses ke Bandara.

Antrean Pesawat di Bandar Internasional Sultan Mahmud Badaruddin II

(sumber gambar: http://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:PesawatdiSMB2IA.jpg)


DESAIN



Bentuk Atap bangunan Utama Bandara menyerupai atap rumah limas yang merupakan rumah adat Sumatera Selatan. Menggunakan besi berlapis warna putih dan struktur berbahan Baja Ringan.

(sumber gambar: bubuazone88.blogspot.com)


Bentuk Atap bangunan Utama Bandara menyerupai atap rumah limas yang merupakan rumah adat Sumatera Selatan. Menggunakan besi berlapis warna putih dan struktur berbahan Baja Ringan.

(sumber gambar : bubuazone88.blogspot.com)



Sumber :

Majalah Indonesia Design

bubuazone88.blogspot.com

http://www.holidaycity.com/nikko-jakarta/index.htm

http://id.wikipedia.org/wiki/Bandar_Udara_Internasional_Sultan_Mahmud_Badaruddin_II

Tidak ada komentar:

Posting Komentar